Mengejar (dengan) Halal

Satu lagi film drama-komedi tampil di tengah deretan film-film lain di Tanah Air. Kali ini rumah produksi baru, Muara Studio, bekerja sama dengan Film Maker Muslim dan Daqu Movie mengusung film yang diberi judul Mengejar Halal. Nah, jika kamu belum nonton film besutan sutradara M. Amrul Ummami tersebut, ada baiknya membaca ulasan ringkas ini. Tapi, buat lo yang udah nonton, mana cerita lo, bro and sis? #Nantangin

mengejar

Gambar: Istimewa

 

Haura Mengejar Halal

Tersebutlah seorang gadis bernama Haura (Inez Ayu) yang kebelet nikah tapi membatalkannya lantaran calon mempelai pria, Shidiq (Ahmad Rhezanov), malah menyebut nama “sang mantan” ketika prosesi ijabqabul. Batalnya pernikahan ini membuat Haura depresi akut, bahkan sempat gila beberapa saat. Beruntung dia kemudian kembali waras setelah dirawat dengan penuh kasih sayang oleh kakak laki-laki Haura, Yaser (Ryan Qori) dan istrinya, Zizi (Ressa Rere).

Usai kembali normal, Haura kembali menjalani kehidupan sebagaimana biasanya. Namun, kali ini ia kemana pun dia pergi cibiran lisan dan tindakan melas orang lain selalu mengikuti. Tapi, Haura masih bertahan meskipun rasanya perih. Dia pun bersumpah untuk tidak mencintai laki-laki lagi.

Anehnya, sumpah Haura dengan cepat berubah. Bak melihat pangeran turun dari kerajaan langit, dia langsung jatuh cinta pada pandangan pertama dengan Halal (Abdul Kaafi). Tak ingin kembali gagal dalam pernikahan, Haura memilih jalannya sendiri. Bahkan, dia rela menghalalkan segala jalan untuk menjadikan Halal halal baginya. Nggak bingung dengan kalimat barusan, kan? Wkwk..

Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak. Di tengah perjuangan Haura mendapatkan Halal, hadirlah Salma, seorang wanita salehah yang sudah dikhitbah Halal belum lama ini. Haura baru menyadari hal itu di saat dirinya sudah mulai sering bertemu Halal. Lantas, apakah Haura menyerah?

Dasar Haura yang sudah buta oleh cinta, dia masih saja ngotot untuk memenuhi obsesinya. Sampai-sampai ditempuhnya segala macam cara untuk membatalkan pernikahan Halal dan Salma. Dia bahkan masih belum menyerah hingga detik akad nikah Halal dengan Salma. Lalu, apa yang terjadi selanjutnya? Berhasilkah Haura mendapatkan Halal? Bagaimana akhir cerita film ini? Mohon maaf para pembaca, saya tidak menceritakan semuanya di sini. Mumpung masih ada di bioskop, segera nonton langsung saja, ya.

 

Minus-Plus Mengejar Halal

Sebenarnya saya bukan kritikus film, juga bukan orang yang paham betul sinematografi. Maka, di sini saya hanya akan menilai Mengejar Halal dari sudut pandang penyuka film Indonesia saja. Kelemahan pertama, sependek ilmu dan penangkapan saya, ada kesan kurang rapi dari perpindahan scene saat Haura bersumpah tidak akan jatuh cinta lagi menuju scene Haura terpana melihat Halal. Meskipun di sana dikisahkan memang tidak butuh lama untuk Haura melanggar sumpahnya sendiri, saya sekilas menangkap perpindahan scene-nya kurang halus.

Kekurangan kedua, menurut saya, akhir cerita yang belum tuntas (atau memang sengaja dibuat demikian?) menyisakan rasa penasaran bagi sebagian penonton. Dalam pandangan saya, sebaiknya akhir film Mengejar Halal dituntaskan saja. Hal ini lantaran bukan perkara mudah membuat sekuel kedua untuk sebuah film layar lebar. Bagaimana menurutmu?

Adapun keunggulan pertama Mengejar Halal tentu saja ada pada konten film. Sebagaimana film religi lainnya, muatan moral yang terkandung dalam setiap gerak dan ucap para pemeran film menjadi penting untuk ditangkap. Selain itu, konten film yang dekat dengan realitas problem anak muda, khususnya kaum hawa, ini menjadi poin plus lain yang perlu diacungi jempol.

Tak cuma konten, pemilihan genre drama-komedi juga menjadi kelebihan lain Mengejar Halal ketimbang film bernuansa religi lainnya. Meskipun dalam penilaian saya tingkat kekocakannya masih di bawah Cahaya Cinta Pesantren (CCP) yang bergenre serupa, Mengejar Halal dijamin tetap bakal sukses menghibur penonton lantaran tingkah polah kocak para pemeran. Siap-siap ketawa, ya, guys!

Satu lagi hal kece dalam Mengejar Halal adalah tiga lagu pengiring film alias OST yang masing-masing berjudul Mengejar HalalSabar, dan Begitulah Cara-Nya. Lagu-lagu tersebut, dalam hemat saya, mengungguli lagu dalam film CCP. Mau bukti? Silakan dengar dan resapi sendiri.

Sebagai kesimpulan, terlepas dari kekurangan yang selalu ada dalam setiap karya manusia, saya merekomendasikan film Mengejar Halal ini. Dalam hemat saya, sebaik-baik tontonan adalah yang juga bisa menjadi tuntunan. Melalui Mengejar Halal, saya pikir pemirsa bakal dapat bekal berharga tentang bagaimana memaknai ujian dalam hidup. Termasuk dalam ujian itu adalah bagi siapapun di antara kita yang masih single lillah (bukan single lelah) atau jomblo fi sabilillah (coret jomblo ngenes). Film ini mengajak kita berintrospeksi diri sebelum menuju gerbang pernikahan. Mengejar Halal juga berpesan kepada para “pejuang cinta” untuk “mengejar” jodoh dengan cara yang halal. Akhirnya, selamat menikmati tontonan. Semoga bisa menghimpun tuntunan.

 

Dibuang Sayang: Kepingan Kutipan        

Haura: Nggak baik lho, mas, menunda nikah.

Halal: Terburu-buru juga nggak baik, mbak… Menikah itu sakral, menyempurnakan separuh agama. Jadi, bukan main cepet-cepetan.

halal-quote

Gambar: Istimewa

 

Patuh pada perintah Allah bukan cuma penampilannya doang, tapi juga akhlaknya (Irma, teman Haura)

Terkadang kita memandang kekurangan kita sebagai kelemahan. Padahal bisa jadi itu adalah kelebihan yang orang lain tidak miliki (Zizi)

Untuk saudariku yang juga belum menikah. Seperti Kak Zizi bilang, ini bukan akhir segalanya. Ini kesempatan kita menjadi muslimah berarti. Jangan terlalu mencintai manusia, karena akan berpisah ketika tutup usia. Jangan terlalu mencintai dunia, karena Allah dan Rasul-Nya jauh lebih berharga (Haura)

Terkadang aku benci turunnya hujan

Namun, aku tersadar

Mungkin itulah cara Dia mencintaiku

Terkadang aku benci datangnya ujian

Namun, aku tersadar

Mungkin itulah cara Dia mencintaiku

Seperti alunan angin yang berhembus

Mampu menyentuhku

(Lagu “Begitulah Cara-Nya”)

cinta sama allah

Gambar: Istimewa

Nur Afilin

Rawajati, 16/4/2017

Leave a comment